Sebelum mulai, ijinkan saya memperkenalkan diri dulu
ya
Nama saya Firman Tel, pekerjaan atau profesi saya
serabutan, diantaranya yaitu sebagai dosen, blogger dan trainer/marketer online. Namun akhir-akhir ini, saya terkadang sibuk di ladang (lapak dagang).
Baik kita kembali ke topik ya...
Alasan saya membahas topic “Rahasia Riset Produk
Laris” adalah untuk membantu sahabat super dalam melakukan riset / menemukan
produk yang laris dipasaran agar lebih mudah.
Laris
dalam artian mudah laku, banyak yang minat, dan mudah jualnya.
Sebenarnya, menemukan produk yang laris itu tidaklah
susah, asalkan tahu alur yang benar.
Kebanyakan
kesalahan yang sering kita lakukan dalam riset produk adalah 'ikut ikutan'
Lagi rame jualan jilbab, ikut jualan jilbab
Lagi rame jualan baju korea, ikut jualan baju
korea
Ya memang laku, tapi mungkin gak bakal selaris yang dibayangkan..😂😂
Apalagi yang jualannya via online ya...
Seperti kita ketahui, trendnya cepet banget berubah...
Hari ini, produk A laku keras,... besok bisa jadi
'blas'… gak ada penjualan sama sekali.
Kalau anda pakai mindset 'ikut ikutan', anda bisa
capek sendiri karena harus loncat sana loncat sini, hasilnya malah gatot “gagal
total”.
ujung ujungnya, bilang...
"saya nyerah jualan online, hasilnya gitu gitu
aja"
hayo... pasti pernah ada yang mikir begitu kan?
hehehe...
MULAI
SEKARANG…
Jangan ikut-ikutan, mending temukan atau
riset produk sendiri. Ini sudah jelas saya alami dan praktikan sendiri.
Nah, karena itulah letak pentingnya sebuah proses
yang namanya riset produk.
Ibaratnya
seperti mencari petunjuk yang benar agar kita tidak salah jalan.
Dalam proses riset produk ini yang pertama yang
harus anda lakukan adalah menjawab pertanyaan ini..."Anda mau jualan ke siapa?" loh kok bukan "mau jualan
apa?"
Begini
penjelasannya...
Jika anda menggunakan prinsip "mau jualan
apa?" anda akan terfokus pada produk.
Nantinya, ketika kita mengolah 'ladang' (lapak
dagang saya singkat ladang hehehe), anda hanya fokus menggarap ladang untuk
mencari target market untuk "satu jenis produk saja".
Perlu diingat seperti saya katakana diatas tadi bahwa di sistem online, perubahan bisa terjadi sangat cepat. Misal hari ini kita jual produk A laris manis...
Perlu diingat seperti saya katakana diatas tadi bahwa di sistem online, perubahan bisa terjadi sangat cepat. Misal hari ini kita jual produk A laris manis...
Tiba tiba besok bisa saja Produk A nggak laku lagi,
dan ganti produk B yang laku...
Kadang kala, konsumen untuk produk A belum tentu pas
untuk jadi konsumen produk B
artinya dalam kondisi seperti itu anda tidak cukup
hanya ganti produknya saja, tapi juga harus ganti 'target market' baru untuk
produk B, bikin 'ladang' lagi dari awal...
Apesnya, bisa jadi ketika 'ladang' untuk produk B
anda terbentuk, ternyata produk B sudah gak laku lagi, ganti produk C... pindah
lagi
Bisa anda bayangkan gimana rasanya?
Udah capek capek, ternyata nggak terpakai...
#huft
Bandingkan ketika anda menggunakan prinsip 'mau
jualan ke siapa?'
Dari awal, fokus anda bukan hanya menggarap “ladang”
untuk satu produk tertentu saja...
Namun anda bisa mengolah atau menggarap “ladang” untuk
mengumpulkan target market yang lebih banyak dan luas.
Keuntungannya, meskipun produknya berubah-ubah anda
tetap bisa jualan di 'ladang' yang sama, dan yakin akan dan memanen hasil
(closing terus mengalir ke rekening hihihi).
Sekalipun terjadi pergantian produk secara cepat,
anda tidak perlu khawatir.
Intinya selama ada produk yang dibutuhkan oleh
target market di 'ladang' anda, anda bisa tetap serta memanen hasil “jualan”
dengan tenang. Enak kan?
Nah sekarang bagaimana cara menentukan 'mau jualan
ke siapa ?
Dalam sebuah ebook (Abdillah) yang pernah saya baca,
ada 4 jenis konsumen evergreen. Evergreen adalah konsumen yang tidak ada
'habis'nya.
Siapa saja market yang termasuk Evergreen?
1.
Anak - anak
2.
Wanita dewasa
3.
Remaja/muda-mudi
4.
Konsumen atas kebutuhan pokok atau food & drink
Selanjutnya tentukan pembeli kita
Konsumen itu belum tentu pembeli, dan pembeli pun
belum tentu konsumen
Contoh:
Produk ---> Baju anak anak
Konsumennya ---> anak anak
Pembelinya ---> Emaknya
Paling enak adalah menentukan pembeli yang juga
konsumen, biar gak ribet
Untuk menentukan ini, anda bisa menjawab 2
pertanyaan ini :
1. Siapa yang pakai produkmu ?
2. Siapa yang beli produkmu ?
Biar gampang saya beri contoh berikut ini:
Misalnya produk (barang/jasa) di bidang kesehatan/keperawatan.
Target market ---> perawat luka
Perawat luka butuh produk apa ---> Pelatihan
(upgrade skill), alat & bahan untuk praktik
Siapa yang “pakai” ---> dia sendiri
Siapa yang “beli” ---> dia sendiri
Setelah itu baru anda detailkan, perawat luka yang
bagaimana yang “pakai” dan yang “beli” ?
Misalnya anda uraikan kriteria;
- Usia 24 - 55 tahun
- Perawat Homecare perawatan luka
- Perawat yang praktik mandiri
- Mahasiswa Keperawatan
Setelah menetapkan kriteria yang “pakai” dan yang “beli”produk
anda, selanjutnya pastikan apakah perlu pilih salah satu saja diantara kriteria
yang anda tetapkan tersebut ?
Jangan lupa perhatikan perbedaan kondisi keuangan
mereka. Pastikan harga produk anda sesuai dengan kemampuan keuangan mereka.
Contoh...
Jangan pernah jualan acara seminar atau workshop
seharga 1 juta ke mahasiswa hehehe.
Nah, mudah kan?
Kesimpulannya adalah jika anda ingin produk anda laris maka mindset awalnya harus benar, yaitu tentukan target market dulu, setelah itu baru cari produknya.
Segitu saja hare dari saya kali ini, terimakasih sudah menyempatkan waktu untuk nimbrung di firman.id. Bila berkenan, saya tunggu pendapat sahabat super dikolom komentar
ya.., salam Super.